Thursday, April 28, 2011

Bali Tuan Rumah Global Spa Summit


KOMPAS.com — Bali menjadi tuan rumah untuk acara Global Spa Summit (GSS) yang akan berlangsung pada 15-18 Mei 2011. GSS merupakan acara pertemuan tingkat internasional yang diselenggarakan setiap tahun. Acara tersebut khusus mendiskusikan industri spa dan kesehatan(wellness).
"Ini event bergengsi karena Global Spa Summit ini adalah pertemuan tokoh spa di seluruh dunia. Banyak owner spa yang akan datang. Ini unik penyelenggaraannya. Banyak yang akan datang dari Amerika dan Eropa, dari mana-mana. Spa itu kan ujung-ujungnya memakai rempah dari Indonesia. Kita yang punya rempah, tapi buatnya di negara-negara lain. Makanya kita rebut untuk tahun ini diselenggarakan di Bali," tutur Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (27/4/2011).
Ia mengatakan, acara ini setingkat dengan forum ekonomi internasional. Menurut Sapta, industri spa pun saat ini sedang maju. Apalagi, lanjutnya, ada sebuah tren di dunia bahwa orang semakin sadar akan kesehatan. Sapta menuturkan, spa sangat berkaitan erat dengan pariwisata.
"Spa ini niche market. Orang Jepang dan Eropa sudah menjadikan spa sebagai bagian dari gaya hidup, terutama karena menyangkut kesehatan dan beauty," katanya.
Ia berharap suatu saat Indonesia tidak hanya menjadi penyuplai rempah saja, tapi juga menjadi investor di bidang spa di luar negeri. "Salah satunya adalah memberikan ilmu pengetahuan mengenai spa dengan mengirim ahli spa dari Indonesia untuk bekerja di luar negeri," katanya.
Spa menjadi salah satu daya tarik utama kunjungan wisatawan ke Indonesia. Seperti tercantum dalam siaran pers mengenai Global Spa Summit, perkembangan industri spa di Indonesia telah menempatkan Indonesia menjadi destinasi spa dan wellness yang kompetitif.
Global Spa Summit akan diikuti oleh para pelaku dari industri spa dan wellness, industri pariwisata dan perhotelan, sampai industri lainnya yang terkait dengan spa. Perhelatan GSS di Bali akan menjadi penyelenggaraan pertama kali di Asia.

RI Bertekad Rebut Rekor Dunia Angklung


KOMPAS.com - Washington DC, ibu kota Amerika Serikat, akan menjadi saksi apakah Indonesia akan berhasil atau sebaliknya gagal dalam merebut rekor dunia untuk pertunjukan angklung dengan jumlah peserta terbanyak dari berbagai bangsa (multinasional).
Wartawan Antara dari New York, Sabtu (23/4/2011) melaporkan, berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, menunjukkan bahwa upaya pemecahan rekor dunia "Guinness World Records" untuk pertunjukan seni angklung oleh peserta multibangsa itu akan dilakukan pada 9 Juli 2011 di National Mall, Washington DC.
National Mall adalah taman luas di pusat Kota Washington dan tempat beradanya Washington Monument yang lokasinya antara lain menghadap Capitol Hill (Gedung Kongres AS) serta berseberangan dengan Gedung Putih, yaitu kantor dan kediaman resmi Presiden AS.
National Mall kerap dijadikan tempat berkumpulnya ratusan, ribuan hingga jutaan orang yang menghadiri berbagai peristiwa, mulai dari pertunjukan seni, demonstrasi besar-besar, perayaan Hari Kemerdekaan AS hingga pelantikan Presidan AS, termasuk pelantikan Presiden Barack Obama pada 20 Januari 2009.
Upaya pembuatan rekor dunia permainan angklung tersebut merupakan salah satu cara terkini yang ditempuh KBRI Washington DC dalam mempromosikan Indonesia, termasuk dengan memanfaatkan pengakuan UNESCO November tahun lalu terhadap angklung Indonesia sebagai warisan budaya dunia.
Saat berbincang dengan Antara di New York usai meluncurkan Kompetisi Batik Amerika pertengahan pekan ini, Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal terlihat antusias saat berbicara soal tekad Indonesia membuat rekor dunia angklung tersebut. "Kita sudah kerja sama dengan Guinness World Records," katanya.
Ia mengungkapkan, saat ini ribuan angklung sedang dibuat dan dipersiapkan di Indonesia di bawah dukungan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM). "Saya sebaiknya tidak bicara tentang angka dulu, tapi ribuan angklung sebanyak target kita sedang dicetak di Jakarta," katanya ketika ditanya target jumlah peserta pembuat rekor.
Ribuan angklung tersebut akan dikirim ke Washington menjelang berlangsungnya upaya pemecahan rekor 9 Juli 2011. Antusiasme yang ditunjukkan Dino bukan berarti upaya pembuatan rekor itu bisa otomatis tercapai karena faktor kemungkinan gagal juga bisa muncul. "Kami (para peserta) hanya akan diberi kesempatan mencoba sebanyak tiga kali. Kalau sudah tiga kali gagal memainkan lagu, ya berarti gagal lah pembuatan rekor," ucapnya.
Para calon peserta yang akan mengikuti upaya pembuatan rekor, diharuskan mendaftarkan diri dulu melalui surat elektronik yang beralamat indofest2011@embassyofindonesia.org.
Pada 9 Juli nanti, setiap peserta yang masuk ke arena pembuatan rekor di National Mall akan diserahi sebuah angklung dan kehadiran mereka dihitung di bawah pengawasan pihak Guiness World Records. Setelah berkumpul di arena, para peserta selama 30 menit akan mendapat pelajaran memainkan lagu dengan angklung.
Mereka akan dipandu oleh konduktor dari Saung Angklung Mang Udjo yang berbasis di Bandung, Jawa Barat. "Setelah istirahat sebentar, barulah pementasan sebenarnya untuk membuat rekor dilakukan. Mereka bisa tiga kali coba memainkan lagu. Hanya satu lagu yang akan dimainkan, batasnya lima menit," papar Dino.
Dino mengakui bahwa saat ini aspek logistik merupakan tantangan terbesar dalam menempuh upaya pembuatan rekor jumlah pemain angklung terbanyak multibangsa. "Bagaimana kita menggiring ribuan orang dan dalam waktu yang singkat bisa mengkoordinir semua ini. Jadi tantangan yang paling besar logistik, apalagi tempat itu nanti akan macet luar biasa, itu (daerah sekitar National Mall) salah satu simpang yang paling sibuk di Amerika. Tapi kita sudah rapat dengan pemerintah setempat," ujarnya.
Selain hari penyelenggaraan pembuatan rekor, Dino mengatakan tanggal 9 Juli nanti juga akan menjadi Hari Indonesia. "Ke manapun kita melihat, nanti orang akan pakai udeng (ikat kepala khas Bali), sarung atau selendang. Jadi Indonesia akan di mana-mana, termasuk angklungnya," katanya.
Berkaitan dengan itu, ungkapnya, KBRI Washington telah memesan 2.000 udeng serta ribuan sarung dan selendang batik untuk dibagikan kepada para peserta pembuatan rekor angklung.
Mengapa dipilih tanggal 9 Juli? "Alasannya simple, karena hanya hari itulah yang dikasih oleh pemerintah setempat kepada kita. Tapi menurut saya bagus karena itu tak lama setelah 4th of July (Hari Kemerdekaan AS), masih ada suasana perayaan," ujar Dino.

Gili Sulat dan Gili Lawang Masih Alami



KOMPAS.com - Siapa yang tidak kenal dengan Gili Trawangan? Ketiga pulau (Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan) di Lombok Barat, NTB, sangat terkenal baik bagi wisatawan lokal ataupun asing. Non-motorised system yang diberlakukan di Gili Trawangan menjadikan pulau ini semakin menarik untuk dikunjungi. Dan bagi penggemar scuba divingdan snorkeling, surga bawah air di sekeliling pulau ini merupakan daya tarik tersendiri.
Kali ini saya akan berbagi cerita mengenai wisata bahari di Pulau Lombok, tapi bukan di Lombok Barat melainkan di ujung lain pulau ini yaitu Lombok Timur. Backpacking kami kali ini adalah di dua pulau kecil (gili) Sulat dan Lawang yang terletak di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Berbeda dengan ketiga gili di Lombok Barat, kedua gili ini seolah belum tersentuh oleh komersialisasi dan kehebohan para pengunjung. Justru keindahan yang masih tersembunyi ini yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kami.
Beranjak dari kota Mataram pada pukul 7 pagi dengan membawa perlengkapan snorkeling, antusiasme tidak dapat disembunyikan. Bahkan sarapan pun dilakukan di dalam mobil dengan nasi kuning, teri dan telur rebus. Maklum perjalanan menuju dermaga tempat boat yang akan membawa ke Gili Sulat dan Gili Lawang adalah sekitar 2,5 jam. Saya pandangi wajah ketiga teman saya yang masih mengantuk karena kemarin sepulang dari snorkeling di Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, mereka menyantap durian di pasar Mataram. Ternyata perut mereka belum setahan perut saya orang Indonesia, sehingga satu orang harus berulang kali ke toilet tadi malam sedangkan yang dua orang lagi tidak bisa tidur karena kepanasan.
Begitu mobil mulai meninggalkan kota Mataram, pemandangan hamparan sawah ternyata mampu membuat mata mereka menjadi melek. Dinh tak henti-hentinya menjepretkan DSLR-nya sedangkan Yen sibuk bertanya kepada mbak Dewi dan mas Emon yang hari itu menemani kami. Mbak Dewi adalah seorang dosen di Mataram namun merupakan manusia ‘air’, julukan yang kami berikan karena kecintaannya pada segala sesuatu yang berhubungan dengan air. Sedangkan mas Emon adalah temannya sesama manusia ‘air’ yang hingga saat ini masih aktif sebagai pelatih renang, diving dan snorkeling.
Pagi itu sedikit berkabut setelah semalaman diguyur hujan. Hamparan sawah dengan latar belakang gunung Rinjani dengan puncak tersaput kabut, menampilkan keindahan alam Lombok di sepanjang jalan yang dilewati. Ketika matahari bersinar malu-malu dari balik gumpalan awan, dihatipun membuncah harapan akan hari yang cerah. Minggu pagi ini semakin hidup ketika mobil melewati pasar-pasar tradisional. Hiruk pikuk aktifitas jual beli memberikan keindahan tersendiri untuk dinikmati dikala mobil tersendat kemacetan pasar.
Tak terasa dua setengah jam pun berlalu dan kamipun sampai di tempat boat akan membawa kami ke kedua gili. Terlihat tiga orang pemuda sudah menunggu. Mereka adalah pemuda-pemuda yang dua orang diantaranya adalah atlet diving dan juga mengembangkan wisata bahari di dua Gili ini. Dengan bantuan dana PNPM mereka bisa melengkapi peralatan diving dan snorkeling sehingga bisa disewakan dan dananya digunakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan disana.
Boat sederhana tanpa atap telah menanti. Kamipun langsung menaikinya. Perlengkapan snorkeling(fins, masker dan snorkeling) serta life jacket sudah tersedia. Life jacket ini sangat penting bagi saya dan kedua orang teman yang memang tidak bisa berenang. Sementara itu satu kotak air mineral, makan siang dan beberapa butir kelapa juga terlihat sudah ada di boat. Kami memang merencanakan untuk menyantap hidangan siang di Gili Sulat sambil menikmati hutan bakau (mangrove).
Perhentian yang pertama adalah diantara Gili Sulat dan Gili Lawang. Disini airnya tenang dan arusnya tidak kuat. Banyak terdapat ikan kecil beraneka warna dan terumbu karang. Kamipun tidak sabar menceburkan diri kedalam air, keindahan bawah air memang sungguh menawan. Sayang sekali kami tidak bisa mengabadikan keindahan bawah laut ini karena ketiadaan kamera bawah air. Setelah sekitar setengah jam berada di spot itu, boat pun berpindah kearah Gili Sulat dengan harapan bisa melihat ikan yang lebih banyak. Namun sepertinya kami kurang beruntung, sehingga yang terlihat hanyalah terumbu karang. Walaupun begitu, semangat bersnorkling tetap tidak pudar, maklum baru bisa ber-snorkeling-ria….he-he-he.
Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 12 siang dan perut pun sudah mulai keroncongan. Satu persatu pun menaiki boat yang kemudian menuju ke dermaga di Gili Sulat. Dermaga ini dibuat oleh departmen perikanan setempat yang bisa digunakan untuk tempat singgah dan beristirahat. Jalanan dari dermaga kedalam pulau adalah dari kayu dengan kiri kanan adalah tumbuhan mangrove. Sungguh pemandangan yang eksotis dan menenangkan.
Sambil menenteng bekal, tak henti-hentinya kamera dijepretkan dan sekali-kali bergaya dengan latar keindahan Gili Sulat. Panjang jalan ini sekitar 200 meter kedalam pulau. Perhentian adalah di tengah pulau dan bekal pun diturunkan. Sambil menikmati keindahan hutan mangrove, bekalpun mulai disantap. Air jernih disekitar hutan mangrove ini memantulkan bayangan kami dan kelebatan hutan. Sedikit-sedikit sinar matahari mencoba mengelus kulit.
Bekal dimulai dari ‘bantal’, istilahnya mbak Dewi untuk makanan Lombok yang terbuat dari ketan dengan isi pisang. Penganan ini dibungkus dengan daun kelapa yang dibentuk seperti ketupat. Sementara ini, Andri dan Deni, menyiapkan minuman berupa kelapa muda. Ternyata gabungan antara ‘bantal’ dengan air kelapa muda mampu mengganjal perut sehingga kami menunda makan siang. Selain masih kenyang, juga takut kalau kebanyakan makan akan berakibat kram pada saat ber-snorkelingnantinya.
Sambil berusaha mengais daging kelapa muda dengan menggunakan ’sendok’ dari kulit luar kelapa, acara jeprat jepret masih terus berlangsung. Bahkan Dinh dan Yen memanjat pohon mangrove untuk mendapat pose yang keren. Perut kenyang dengan suasana alami membuat mata mengantuk, apalagi tingkah suara satwa ibarat musik yang meninabobokan.
Hati dan pikiran seolah bekerja sama untuk menolak beranjak dari keindahan dan ketenangan hutan mangrove ini. Penyakit ‘kuap’ menyebar dengan cepat, seolah memberikan legitimasinya untuk tidak cepat-cepat meninggalkan pesona alam ini. Namun, bayangan akan keindahan laut juga menggoda.
Aaahh… sungguh suatu dilema, antara meninggalkan keindahan hutan mangrove dan membayangkan pesona bawah laut. Suatu pilihan yang sulit...
Akhirnya, setelah mengaso sejenak, kamipun berkemas untuk kembali bersnorkeling. Kali ini spot yang diambil adalah di depan Gili Sulat namun agak sedikit ke tengah. Dan satu persatu kami pun kembali menceburkan diri kedalam air. Kali ini kami beruntung, beragam ikan dari besar dan kecil terlihat bersileweran dimana-mana. Terumbu karang berwarna-warni menambah keindahan alam bawah air ini. Matahari yang semakin terik tidak menghentikan keasyikan menikmati pesona bawah laut ini, begitu juga ketika arus sudah mulai terasa kami tetap bergeming.

Monday, April 18, 2011

Senjata Tradisional Indonesia

Kujang 

Kujang adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang mulai dibuat sekitar abad ke-8 atau ke-9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram.
Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata
Pada zaman dulu perkakas ini hanya digunakan oleh kelompok tertentu yaitu para raja, prabu anom, golongan pangiwa, panengen, golongan agamawan, para putri serta golongan kaum wanita tertentu, dan para kokolot.

Keris

 

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berliku-liku, dan banyak di antaranya memiliki pamor(damascene), yaitu guratan-guratan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik.




Monday, March 14, 2011

Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.[rujukan?]

Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8. Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.

Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, "Degung" (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan "madenda" (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.

Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah, bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali sekarang ini.

Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Galeri




Pranala luar

American Gamelan Institute
Situs tentang gamelan di NIU
Gendhing Jawa
Gamelan, Orkestra a la Jawa


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan

Potret Islam dalam Budaya Modern

http://www.tempointeraktif.com/

Perbincangan di Restoran Indus, Ubud, Senin siang lalu, berlangsung menarik. Pengunjung yang hadir dalam salah satu acara diskusi pada ajang Festival Ubud Writers 2006 tersebut membeludak dan didominasi pengunjung asal luar negeri.

Tema yang diusung memang merupakan salah satu masalah krusial yang tengah dihadapi dunia saat ini, yakni “Memahami Islam dalam Dunia Modern”. Para pembicara merupakan para penulis muslim dari berbagai negara.

Sejak awal diskusi yang dipandu penulis asal Inggris, William Dalrymple, ini menarik minat pengunjung. Apalagi salah seorang pembicara asal Inggris, Ziauddin Sardar, memprotes pertanyaan yang diajukan Dalrymple mengenai pandangan masyarakat Barat bahwa umat Islam sama sekali tidak modern.

“Asalkan Anda tahu, Eropa bisa maju seperti saat ini berkat Islam,” kata penulis buku laris Why Do People Hate America? dan Desperately Seeking Paradise ini. Menurut Sardar, Islam jelas telah memberi warisan humanisme, keterbukaan, ilmu pengetahuan, filsafat, seni, serta kesusastraan, yang saat ini dinikmati masyarakat Barat.

Sejak dahulu, kata Sardar, Islam memiliki dasar kepercayaan bahwa individu bebas untuk berbicara dan berargumentasi. “Bila saat ini kondisi umat Islam terlihat stagnan, itu karena mereka sudah lupa bagaimana berargumentasi ataupun melakukan kritik ke dalam,” kata Sardar.

Munculnya radikalisme di kalangan kaum muda Islam dunia, menurut Sardar, berasal dari banyak faktor. Kebijakan luar negeri bangsa Barat yang sangat tidak adil adalah salah satu di antaranya. “Banyak anak muda yang marah karena kerusakan dan kehancuran yang terjadi di berbagai negara dengan mayoritas penduduk muslim akibat kebijakan tersebut,” katanya.

Selain itu, Sardar menambahkan, kaum radikal Islam tidak mengenal perbedaan karena hal inilah yang langsung mereka adopsi dari negara-negara Barat. Mereka, Sardar melanjutkan, merasa memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka yang menganut Islam paling baik. “Hal itu terjadi salah satunya karena modernitas yang dipaksakan Barat pada umat muslim. Mereka mulai sadar bahwa mereka juga dapat menentukan apa yang akan mereka lakukan dalam hidup mereka sendiri,” katanya dengan tegas.

Pendapat ini juga diiyakan penyair asal Tasikmalaya, Indonesia, Acep Zam-Zam Noor. Islam di Indonesia, menurut Acep, sebenarnya merupakan agama yang plural dan toleran. Hal ini, menurut peraih penghargaan The SEA Writers Award dari Kerajaan Thailand pada 2004 tersebut, karena Islam di Indonesia banyak di bawah pengaruh pesantren dan kiai yang mengajarkan Islam dengan kebudayaan. “Kami menghafal nama-nama Tuhan dengan bernyanyi. Mengajarkan Islam pada anak-anak pun dengan pendekatan permainan agar lebih dapat diterima,” tuturnya. Islam, bagi Acep, adalah agama yang santai dan bergembira.

Namun, fenomena munculnya gejala radikalisasi Islam, menurut Direktur Sanggar Sastra Tasik ini, karena pengajaran Islam yang diberikan hanya dalam dua minggu dan begitu selesai mereka merasa yang paling benar pemahaman tentang agamanya. Apalagi saat ini ia menengarai begitu banyak kelompok militan yang menggunakan Islam hanya sekadar sebagai kekuatan politik dan barang dagangan belaka.

Ketiga pembicara, termasuk penulis muslim asal Malaysia, Dina Zaman, mengaku cukup optimistis dengan perkembangan Islam di masa datang. Salah satu solusi yang ditawarkan Acep adalah mendekatkan Islam dengan budaya. Saat ini, untuk melawan gerakan radikalisasi di Tasikmalaya, Acep mendeklarasikan Islam Santai. Agar wajah Islam dalam masyarakat adalah wajah yang ramah dan santun.

FENOMENA KONSEP KEBUDAYAAN INDONESIA

Kebudayaan atau culture adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Ruth Benedict melihat kebudayaan sebagai pola pikir dan berbuat yang terlihat dalam kehidupan sekelompok manusia dan yang membedakannya dengan kelompok lain. Para ahli umumnya sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajari/learning behavior (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ;1999).

Kebudayaan sifatnya bermacam-macam, akan tetapi oleh karena semuanya adalah buah adab (keluhuran budi), maka semua kebudayaan selalu bersifat tertib, indah berfaedah, luhur, memberi rasa damai, senang, bahagia, dan sebagainya. Sifat kebudayaan menjadi tanda dan ukuran tentang rendah-tingginya keadaban dari masing-masing bangsa (Dewantara; 1994).

Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan jenis-jenisnya:

Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adapt-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan kesusilaan.
Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah (Dewantara; 1994).

Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai kemenangan atau hasil perjuangan hidup, yakni perjuangannya terhadap 2 kekuatan yang kuat dan abadi, alam dan zaman. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus menerus berganti-gantinya alam dan zaman. (Dewantara; 1994).

KEBUDAYAAN NASIONAL

Kebudayaan Nasional Indonesia adalah segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh kepulauan, baik yang lama maupun yang ciptaan baru, yang berjiwa nasional (Dewantara; 1994).

Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan Nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan Nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat Indonesia (Suseno; 1992).

Dalam pasal 32 UUD 1945 dinyatakan, “Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai Kebudayaan Bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia” (Atmadja, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita; 1999).

AKAR KEBUDAYAAN INDONESIA

Berikut ini akan penulis kutipkan mengenai sejarah nenek moyang bangsa Indonesia dari tulisan Mochtar Lubis pada tahun 1986 dalam pidato kebudayaannya yang berjudul “Situasi Akar Budaya Kita”.

Nenek moyang kita adalah bahagian dari arus perpindahan manusia yang bergerak di zaman lampau yang telah hilang sebagai hilangnya bayangan wayang dari layar sejarah, bergerak dari bagian Timur Eropa Tengah dan bagian Utara wilayah Balkan sekitar laut Hitam ke arah timur, mencapai Asia, masuk ke Tiongkok. Dan di Tiongkok arus perpindahan ini bercabang-cabang ke utara, timur dan selatan.

Arus selatan mencapai daerah Yunan, sedang bagian timur mencapai laut Indo Cina. Di sinilah tempat lahirnya budaya asal Indonesia. Manusia-manusia yang berpindah dan bergerak ke Asia dari Eropa Tengah dan Wilayah Balkan itu adalah orang Tharacia, Iliria, Cimeria, Kakusia, dan mungkin termasuk orang Teuton, yang memulai perpindahan mereka di abad ke-9 hingga abad ke-8 sebelum nabi Isa. Mereka membawa keahlian membuat besi dan perunggu.

Nenek moyang orang Indonesia yang telah berada terlebih dahulu dari mereka di daerah Dongson ini telah mengembangkan seni monumental tanpa banyak ornamentik yang dekoratif. Dari pendatang-pendatang baru ini mereka mengambil alih, menerima, dan mencernakan seni ornamentik pendatang-pendatang dari barat ini. Tidak saja dalam ornamentik, akan tetapi juga dalam hiasan tenunan (amat banyak persamaan antara hiasan tenun Indonesia dan Balkan umpamanya), dan juga dalam musik dan nyayian. Jaap Kunst, seorang ahli musik, juga ahli musik Indonesia mengindentifikasikan persamaan nyayian rakyat di pulau Flores dengan nyanyian rakyat di bagian timur Yugoslavia (Balkan). Kebudayaan Dongson menunjukkan lebih banyak persamaan dan kaitan dengan budaya Eropa dibanding budaya Cina.

Nenek moyang Dongson inilah yang bergerak ke selatan, dan kemudian mencapai Nusantara. Di Nusantara hampir tidak ada perpisahan antara zaman perunggu dan zaman besi. Hal ini sama juga terjadi di Indo Cina. Dalam penggalian situs-situs purbakala, perunggu dan besi selalu ditemukan bersama-sama. Hulu pisau dongson banyak berbentuk manusia, seperti keris Majapahit. Bentuk hulu pisau yang serupa juga ditemukan di Holstein (Jerman), Denmark, dan di Kauskasus.

Tetapi, sebelum nenek moyang dari Dongson turun ke Nusantara, kelompok-kelompok manusia lain telah terlebih dahulu datang. Selama zaman es terakhir, kurang lebih 15.000 tahun sebelum Masehi, sejarah bumi Nusantara menunjukkan bahwa sebagian besar Nusantara bagian barat menyatu dengan daratan Asia Tenggara, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan wilayah yang kini laut Jawa. Ketika es berakhir, permukaan laut naik kembali, dan terbentuklah gugusan pulau-pulau seperti yang kita kenal kini. Sejarah bumi Nusantara telah berpengaruh besar pada perkembangan manusia Melayu-Polinesia. Mereka menjadi bangsa maritim, yang kurang lebih 1000 tahun sebelum nabi Isa megarungi Samudera Hindia. Manuskrip tua Hebrew dari masa akhir 2000 dan permulaan 1000 sebelum tahun Nabi Isa telah menyebut perdagangan kulit manis dari berbagai tempat sepanjang pantai timur Afrika.

Sebuah naskah Arab dari abad ke 13 menceritakan masuknya orang Melayu-Polinesia ke belahan barat Samudera Hindia. Naskah itu mengatakan bahwa di masa mundurnya Kerajaan Fira’un di Mesir, tempat yang bernama Aden, yang menguasai jalan masuk ke laut Merah (yang masa itu merupakan tempat penduduk nelayan), telah direbut oleh orang Qumr (Melayu-Polinesia) yang datang dengan armada yang terdiri dari perahu-perahu yang memakai cadik. Mereka mengusir penduduk setempat, membangun berbagai monumen dan memilihara hubungan langsung dengan pulau Madagaskar dan Asia Tenggara. Para ahli sejarah menyebutkan hal itu mungkin terjadi di masa Nabi Isa masih hidup. Untuk masa yang cukup lama orang Melayu-Polinesia menguasai pelayaran dan perdagangan lewat Samudera Hindia dari Asia Tenggara ke pintu Laut Merah, sepanjang pantai timur Afrika dan Pulau Madagaskar.

Dalam melakukan ini, mereka juga telah membawa berbagai kekayaan budaya ke Madagaskar dan Afrika. Di Madagaskar mereka telah menetap di belahan barat pulau itu. Hingga kini masih terlihat berbagai persamaan kata antara bahasa Madagaskar dan bahasa suku Manyaan di Kalimantan. Ke timur, nenek moyang Melayu-Polinesia ini berlayar jauh ke pedalaman pasifik, menetap di berbagai kepulauan, dan mereka paling ke timur mencapai Easter Island, pulau terjauh ke timur dari Nusantara.

Jelaslah bahwa budaya bangsa kita berakar jauh ke zaman prasejarah, ke masa silam yang begitu jauhnya, hingga telah lenyap dari ingatan bangsa kita. Jelas pula bahwa kita telah mewarisi budaya dunia yang ada di masa itu, di samping nenek moyang kita telah memberi pula sumbangan pada budaya-budaya bangsa lain di seberang Samudera Hindia, serta menciptakan berbagai budaya di Madagaskar, dan di kepulauan-kepulauan Samudera Pasifik.

Mengingat ini kembali, apakah kita kini, sebagai pewaris langsung dari mereka, harus merasa gentar menghadapi abad ke 21 dan seterusnya? Seharusnya tidak! Kita harus berani memeriksa diri secara cermat. Apa kekurangan-kekurangan kita kini, hingga kita tidak memiliki kemampuan, keberanian dan daya cipta untuk berbuat yang besar-besar bagi bangsa kita dan umat manusia hari ini?

Proses melalui zaman Mesolitik mencapai zaman Neolitik mungkin terjadi kurang lebih 3500-2500 tahun sebelum Nabi Isa. Ketika itu mereka mulai tinggal bersama dalam komunitas-komunitas kecil dan mulai mengembangkan pertanian dan sistem pengairan. Di zaman ini berkembang akar budaya musyawarah Indonesia, karena di kala itu belum ada kepala dan raja, dan semuanya masih dimusyawarahkan oleh semua anggota komunitas, dipimpin oleh orang-orang yang lebih tua. Wanita ikut bermusyawarah, dan anak-anak boleh hadir dan ikut mendengar. Di suku Sakudei di pulau Mentawai, seorang peneliti Swiss melaporkan bahwa dia masih menemukan tradisi musyawarah yang lama itu.

Akar budaya kita juga tumbuh dalam kepercayaan bahwa segala yang ada di bumi memiliki ”ruh-ruh” sendiri. Ruh manusia adalah saudaranya, yang dapat melepaskan diri dari dalam badan seseorang, dan ruh itu dapat mengalami bencana dalam petualangannya di luar tubuh kita, yang dapat mengakibatkan yang punya tubuh jatuh sakit atau mati. Manusia harus berbaik-baik dalam hubungannya dengan dunia roh ini.

Selanjutnya nenek moyang kita di masa Megalitik itu memiliki konsep hubungan dan pertentangan antara dunia atas dan dunia bawah. Dalam upacara-upacara khusus, mereka membangun megalith-megalith dengan tujuan melindungi ruh dari bahaya-bahaya yang datang dari dunia bawah, untuk menjadi penghubung antara yang hidup dan yang telah mati, dan untuk mengabadikan kekuatan-kekuatan magis mereka yang membangun megalith-megalith tersebut, atau untuk siapa batu-batu itu dibangun. Megalith-megalith dibangun untuk memperkuat kesuburan manusia, ternak dan apa yang mereka tanam, dan dengan demikian memperbesar kekayaan generasi-generasi yang akan datang.

Kebudayaan Megalitik ini kemudian dimasuki oleh budaya Dongson yang membawa teknologi perunggu dan besi, dan memberikan nafas dan kekuatan serta daya cipta baru pada kelompok-kelompok budaya di Nusantara. Diperkirakan pula bahwa budaya Dongson membawa teknologi bertanam padi di sawah. Teknologi padi sawah mendorong komunitas-komunitas kecil untuk lebih berintegrasi mengembangkan dan memilihara sistem pengairan, koordinasi bertanam serempak pada waktu yang sama. Dalam proses sejarah, teknologi padi sawah ini telah mendorong proses integrasi masyarakat-masyarakat desa Indonesia yang hingga kini tumpuan kehidupan terbesar bangsa kita. Ia juga erat hubungannya dengan irama iklim, datang musim kering dan musim hujan, yang mempengaruhi pola kehidupan di Indonesia. Musim panen merupakan musim perkawinan umpamanya.

Pemujaan nenek moyang merupakan salah satu akar budaya bangsa Indonesia. Pandangan kosmik mengenai kontradiksi antara dunia bawah dan dunia atas tercermin dalam organisasi sosial berbagai suku bangsa kita; garis ibu dan garis ayah, hubungann dasar antara dua suku yang saling mengambil laki-laki dan perempuan dari dua suku untuk perkawinan, membuat tiada satu suku lebih tinggi kedudukannya dari yang lain. Setiap suku bergantian menduduki tempat yang superior dan tempat di bawah. Struktur tradisi kesukuan ini merupakan sebuah mekanisme ke arah demokrasi, yang seandainya kita pandai mengembangkannya dapat merupakan kekuatan untuk tradisi demokrasi bangsa kita.

Datangnya agama Budha, Hindu dan Islam, bangkitnya feodalisme, lalu datang orang Eropa membawa penindasan penjajah, dan agama Nasrani, lalu lewat pendidikan Barat masuk pula ilmu pengetahuan modern dan tekonologi modern telah mendorong berbagai proses kemasyarakatan, politik, ekonomi, dan budaya, yang akhirnya membawa manusia Indonesia pada keadaan hari ini.

Akar budaya lama jadi layu dan terlupakan, meskipun ada diantaranya tanpa kita sadari masih berada terlena di bawah sadar kita. Bangkitnya feodalisme di Indonesia dengan lahirnya berbagai kerajaan besar dan kecil telah mengubah hubungan antara kekuasaan dan manusia atau anggota masyarakat. Penjajahan Belanda menggunakan sistem menguasai dan memerintah melalui kelas bangsawan atau feodal lama Indonesia telah meneruskan tradisi feodal berlangsung terus dalam masyarakat kita. Malahan setelah Indonesia merdeka, hubungan-hubungan diwarnai nilai-nilai feodalisme masih berlangsung terus, hingga sering kita mengatakan bahwa kita kini menghadapi neo-feodalisme dalam bentuk-bentuk baru.

Semua pendidikan modern, falsafah Barat dan Timur, ideologi-ideologi yang datang dari Barat mengenai manusia dan masyarakat. Agama Islam dan Nasrani yang jadi lapis terakhir di atas kepercayaan-kepercayaan lama dan nilai-nilai akar budaya kita, oleh daya sinkritisme manusia Indonesia, semuanya diterima dalam dirinya tanpa banyak konflik dalam jiwa dan diri kita.

Sesuatu terjadi dalam diri kita, hingga secara budaya tidak mampu memisahkan yang satu dari yang lain: mana yang takhyul, mana yang ilmiah, mana yang bayangan, mana yang kenyataan, mana yang mimpi dan mana dunia nyata. Malahan banyak orang kini membuat ilmu dan teknologi jadi takhyul dalam arti, orang percaya bahwa ilmu dan teknologi dapat menyelesaikan semua masalah manusia di dunia. Dan ada yang berbuat sebaliknya.

Kita jadi tidak tajam lagi membedakan mana yang batil dan mana yang halal. Karena itu beramai-ramai dan penuh kebahagiaan kita melakukan korupsi besar-besaran, dan tidak merasa bersalah sama sekali (Lubis, dalam ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita; 1999).

KEBUDAYAN BARAT DI INDONESIA

Proses akulturasi di Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.

Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam (Bakker; 1984).

Apakah kebudayaan Barat modern semua buruk dan akan mengerogoti Kebudayaan Nasional yang kita gagas? Oleh karena itu, kita perlu merumuskan definisi yang jelas tentang Kebudayaan Barat Modern. Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:

a. Kebudayaan Teknologi Modern

Pertama kita harus membedakan antara Kebudayan Barat Modern dan Kebudayaan Teknologis Modern. Kebudayaan Teknologis Modern merupakan anak Kebudayaan Barat. Akan tetapi, meskipun Kebudayaan Teknologis Modern jelas sekali ikut menentukan wujud Kebudayaan Barat, anak itu sudah menjadi dewasa dan sekarang memperoleh semakin banyak masukan non-Barat, misalnya dari Jepang.

Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks. Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern. Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan teknologi modern dalam pembuatannya.

Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis, bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat instumental.

b. Kebudayaan Modern Tiruan

Dari kebudayaan Teknologis Modern perlu dibedakan sesuatu yang mau saya sebut sebagai Kebudayaan Modern Tiruan. Kebudayaan Modern Tiruan itu terwujud dalam lingkungan yang tampaknya mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja, misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).

Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang; semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan batin.

Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak nyata, melainkan tiruan, blasteran.

Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah modern.

c. Kebudayaan-Kebudayaan Barat

Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola, kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.

Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu, dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung jawabnya (Suseno; 1992).

SITUASI BUDAYA INDONESIA

Dalam pemaparan tentang akar budaya di atas tadi telah kita ketahui bahwa nenek moyang kita adalah nenek moyang yang tangguh dan bangsa ini telah mampu melakukan akulturasi secara positif sehingga kita bisa mengintegrasikan kebudayaan luar untuk meningkatkan budaya sendiri. Namun kita harus melihat secara riil bagaimanakah keadaan budaya kita hari ini.

Sajiman Surjohadiprojo dalam pidato kebudayaannya di tahun 1986 menyampaikan tentang persoalah kita hari ini, yaitu kurang kuatnya kemampuan mengeluarkan energi pada manusia Indonesia. Hal ini mengakibatkan kurang adanya daya tindak atau kemampuan berbuat. Rencana konsep yang baik, hasil dari otak cerdas, tinggal dan rencana dan konsep belaka karena kurang mampu untuk merealisasikannya. Akibat lainnya adalah pada disiplin dan pengendalikan diri. Lemahnya disiplin bukan karena kurang kesadaran terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku, melainkan karena kurang mampu untuk membawakan diri masing-masing menetapi peraturan dan ketentuan yang berlaku. Kurangnya kemampuan mnegeluarkan energi juga berakibat pada besarnya ketergantungan pada orang lain. Kemandirian sukar ditemukan dan mempunyai dampak dalam segala aspek kehidupan termasuk kepemimpinan dan tanggung jawab.

Menurut beliau kelemahan ini merupakan Kelemahan Kebudayaan. Artinya, perbaikan dari keadaan lemah itu hanya dapat dicapai melalui pendekatan budaya. Pemecahannya harus melalui pendidikan dalam arti luas dan Nation and Character Building (Surjohadiprodjo, dalam ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita; 1999).

Mochtar Lubis juga dalam kesempatan yang sama saat Temu Budaya tahun 1986, menyampaikan bahwa kondisi budaya kita hari ini ditandai secara dominan oleh ciri:
1. Kontradiksi gawat antara asumsi dan pretensi moral budaya Pancasila dengan kenyataan.
2. Kemunafikan.
3. Lemahnya kreativitas.
4. Etos kerja brengsek.
5. Neo-Feodalisme.
6. Budaya malu telah sirna ( Lubis, 1999).

TANTANGAN KEBUDAYAAN INDONESIA

1. Kebudayaan Modern Tiruan

Tantangan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan Modern Tiruan. Dia mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial. Yang ditawarkan adalah semu. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastik, manusia tanpa kepribadian, manusia terasing, manusia kosong, manusia latah.

Kebudayaan Blasteran Modern bagaikan drakula: ia mentereng, mempunyai daya tarik luar biasa, ia lama kelamaan meyedot pandangan asli kita tentang nilai, tentang dasar harga diri, tentang status. Ia menawarkan kemewahan-kemewahan yang dulu bahkan tidak dapat kita impikan. Ia menjanjikan kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berhenti berpikir sendiri, berhenti membuat kita kehilangan penilaian kita sendiri. Akhirnya kita kehabisan darah , kehabisan identitas. Kebudayaan modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional kita sendiri, sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern sungguhan (Suseno;1992)

2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah

Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya adalah perjuangan manusia dalam mengatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling mendasar bagi manusia adalah masalah makan, pakaian dan perumahan. Ketika orang kekurangan gizi bagaimana ia akan mendapat orang yang cerdas. Ketika kebutuhan pokok saja tidak terpenuhi bagaimana orang akan berpikir maju dan menciptakan teknologi yang hebat. Jangankan untuk itu, permasalahan pemenuhan kebutuhan kita sangat mempengaruhi pola hubungan di antara manusia. Orang rela mencuri bahkan membunuh agar ia bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal ini bukan hanya berdampak pada kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan berpengaruh dalam tatanan budaya-sosial masyarakat.

3. Masalah Pendidikan yang Tepat

Pendidikan masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius jika bangsa ini ingin dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena yang menarik terkait dengan hal ini, yaitu mengenai kolaborasi kebudayaan dengan pendidikan, dalam artian bagaimana sistem pendidikan yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di dalamnya. Dimana ada suatu kebudayaan yang menjadi spirit dari sistem pendidikan yang kita terapkan.

4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Problem ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi konsumen atas produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi keilmiahan kita belum berkembang dengan baik dan belum didukung oleh iklim yang kondusif bagi para ilmuan untuk melakukan penelitian dan penciptaan produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap mengandalkan impor produk dari luar negeri, maka kita akan terus terbelakang. Oleh karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar ketertinggalan iptek dari negara-negara maju.

5. Kondisi Alam Global

Beberapa waktu yang lalu di halaman depan harian Kompas tanggal 12 April 2007, ada berita menarik mengenai keadaan bumi hari ini, ’Pemanasan Global, Jutaan Orang akan Teracam”. Pemanasan global akan memberi dampak negatif yang nyata bagi kehidupan ratusan juta warga di dunia. Demikianlah antara lain isi laporan kedua PBB yang sudah dipublikasikan tahun 2007. Laporan pertama berisikan bukti ilmiah perubahan iklim, sedangkan laporan ketiga akan membeberkan tindakan untuk menanganinya.

Laporan para pakar yang tergabung dalam Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) dibeberkan dalam jumpa pers secara serentak di berbagai belahan dunia, Selasa (10/04/2007). Laporan setebal 1.572 halaman itu ditulis dan dikaji 441 anggota IPCC.

Salah satu dampak pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan bumi sepanjang lima tahun mendatang. Hal itu akan mengakibatkan gunung es di Amerika Latin mencair. Dampak lanjutannya adalah kegagalan panen, yang hingga tahun 2050 mengakibatkan 130 juta penduduk dunia, terutama di Asia, kelaparan. Pertanian gandum di Afrika juga akan mengalami hal yang sama.

Laporan itu menggarisbawahi dampak pemanasan global berupa meningkatnya permukaan laut, lenyapnya beberapa spesies dan bencana nasional yang makin meningkat. Disebutkan, 30% garis pantai di dunia akan lenyap pada 2080. Lapisan es di kutub mencair hingga terjadi aliran air di kutub utara. Hal itu akan mengakibatkan terusan Panama terbenam.

Naiknya suhu memicu topan yang lebih dasyat hingga mempengaruhi wilayah pantai yang selama ini aman dari gangguan badai. Banyak tempat yang kini kering makin kering, sebaliknya berbagai tempat basah akan semakin basah. Kesenjangan distribusi air secara alami ini akan berpotensi meningkatkan ketegangan dalam pemanfaaatan air untuk kepentingan industri, pertanian dan penduduk.

Asia menjadi bagian dari bumi yang akan paling parah. Perubahan iklim yang tak terdeteksi akan menjadi bencana lingkungan dan ekonomi, dan buntutnya adalah tragedi kemanusiaan. Laporan itu mengingatkan, setiap kenaikan suhu udara 2 derajat celsius, antara lain akan menurunkan produksi pertanian di Cina dan Bangladesh hingga 30 persen hingga 2050. Kelangkaan air meningkat di India seiring dengan menurunya lapisan es di Pegunungan Himalaya. Sekitar 100 juta warga pesisir di Asia pemukimannya tergenang karena peningkatan permukaan laut setinggi antara 1 milimeter hingga 3 milimeter setiap tahun. Saat ini, pemanasan global sudah terasa dengan terjadinya kematian dan punahnya spesies di Afrika dan Asia (Kompas, Kamis 12 April 2007).

MENUJU PERADABAN INDONESIA

Untuk membuat formulasi kebudayaan yang khas dan bisa menjawab tantangan zaman ke depan bukanlah pekerjaan yang mudah. Perlu adanya suatu kebersamaan dan peran serta setiap warga negara ini. Para pemikir dan ilmuan harus bekerja secara keras untuk membuat suatu konsep yang jelas dalam pencapaian ini.

Tujuan nasional perjuangan bangsa Indonesia adalah menciptakan masayarakat yang adil dan makmur. Perjuangan menuju peradaban Indonesia yang ideal membutuhkan waktu dan perjuangan. Pengakuan sebagai salah satu peradaban dunia harus memiliki beberapa syarat. Syarat-syarat itu dapat kita lihat dari perwujudan peradaban di dunia sejak permulaan sejarah manusia. Nampaknya, kehidupan satu masyarakat diakui sebagai satu peradaban kalau menunjukkan kehidupan lahiriah yang maju, dan kemajuan itu cukup menonjol dari kehidupan lahiriah masyarakat lain (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ;1999).

Kehidupan lahiriah yang maju itu merupakan hasil dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlaku di zamannya. Bahkan dalam masyarakat itu terjadi perkembangan berupa penemuan dan inovasi dalam iptek. Sebagai hasil penguasaan iptek dapat dimajukan produksi pertanian dan kesejahteraan petani. Hal yang sama berlaku bagi produksi di lautan dan kesejahteraan para nelayan dan pelaut. Industrialisasi mengalami perkembangan yang tinggi dengan menghasilkan berbagi macam barang yang disukai di dalam dan luar negeri. Berbagai prasaran, yaitu penghasil energi listrik, aneka ragam komunikasi, keadaan jalan darat, perhubungan darat, laut dan udara, semuanya dalam kondisi yang sesuai dengan perkembangan iptek internasional mutakhir. Kesejahtreaan merata di antara seluruh anggota masyarakat. Dan kalau ada rakyat yang miskin, maka itu merupakan minoritas kecil. Ini memungkinkan rakyat menyekolahkan anak-anaknya dengan baik, dan prasarana pendidikan tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Standar hidup yang tinggi dalam masyarakat memungkinkan bagian besar produksi pertanian dan isdustri dipasarkan dalam masyarakat sendiri, sehingga ketergantungan pada masyarakat luar tidak terlampau besar (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ; 1999).

Kondisi itu mendukung berkembangnya seni dan sastra yang kreatif. Berbagai kesenian mengalami kemajuan dan dilakukan penduduk dalam jumlah besar. Kesusasteraan menghasilkan buku dan hasil tulisan lain, yang banyak jumlahnya dan variasinya, serta terbeli oleh mayoritas masyarakat. Arsitektur menghasilkan rumah-rumah tempat tinggal, gedung-gedung pemerintahan, tempat-tempat ibadah yang indah, tapi juga kokoh dan tahan lama (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ; 1999).

Kondisi sosial cukup mantap dengan menunjukkan kehidupan keluarga yang sehat dan kokoh, kurang adanya pengangguran dan tidak ada kelaparan. Mungkin krimanalitas tidak dapat ditiadakan seratus persen, tetapi jumlah amat sedikit dan terkontrol. Akan tetapi peradaban tidak hanya memerlukan kehidupan lahiriah yang maju dan menonjol, juga perlu ada kehidupan rohaniah yang mantap dan merata (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ; 1999).

Kehidupan beragama dilakukan oleh penduduk dengan penuh keimanan dan ketaqwaan. Dan kerukunan antar berbagai agama berjalan baik. Orang tidak menjalankan ketentuan agama hanya sebagai ritual belaka, tetapi mempunyai dampak nyata dalam kehidupan yang bermoral dan disiplin tinggi. Maka ada kemampuan kendali diri yang cukup kuat. Itulah yang turut menyemarakkan kehidupan demokrasi yang mewujudkan kedaulatan rakyat. Dalam berbagai profesi, etik dijunjung tinggi tanpa mengurangi dinamika yang diperlukan masyarakat pada zaman itu (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ; 1999).

Persatuan bangsa terpelihara dengan baik, tanpa mengurangi hak dan kemampuan setiap unsur bangsa mengembangkan dirinya secara lahiriah dan batiniah. Adanya prasarana yang baik dalam berbagai bidang turut mendukung persatuan bangsa. Akan tetapi yang lebih penting adalah kesadaran tentang hubungan harmonis antara bagian dan keseluruhan (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ; 1999).

Hubungan luar negeri dengan bangsa-bangsa lain diselenggarakan dengan baik untuk membina perdamain dunia dan kesejahteraan umat manusia. Khususnya dengan lingkungan Asia Tenggara ada hubungan erat dan harmonis. Terhadap bangsa-bangsa yang tergolong miskin dan terbelakang dapat diadakan bantuan lahiriah dan batiniah yang mengusahakan kemajuan mereka (Sajidiman, dalam “Pembebasan Budaya-Budaya Kita” ; 1999).

EPILOG

Dipahami bahwa kebudayaan merupakan respon positif manusia terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, budaya merupakan manifestasi dari aspek manusia yang multi-dimensional.

Segala teori kebudayaan terlalu lamban untuk memahami keseharian manusia yang bergerak cepat. Manusia tidak sekedar merajut makna lewat kerja,melainkan komunikasi inter-subjektif dengan simbol-simbol. Manusia sehari-hari adalah manusia yang bercakap, merenung dan mamaknai. Kebudayaan adalah festival kemajemukkan dimensi manusia dan menolak segala bentuk reduksionisme. Manusia bukan semata-mata makhluk ekonomi yang melulu berfokus pada bagaimana bertahan hidup. Ruang refleksi yang tertutup oleh determinasi kerja dibukakan secara kultural. Kebudayaan adalah lokus dimana manusia bukan sekedar pedagang dan pembeli, melainkan makhluk multi-dimensi. Setiap dimensi dalam dirinya memiliki hak yang sama untuk diutarakan ( Adian, dalam Kompas 14 April 2007;14)

Terkait dengan formulasi kebudayaan Indonesia, merupakan suatu keharusan kita untuk lebih menyelami karakteristik manusia-manusia Indonesia yang telah terbentuk sekian lama semenjak periode sebelum masehi. Dan juga harus mempertimbangkan faktor alam yang melingkarinya. Sehingga, kita tidak terpaku dan larut dalam arus kebudayaan global hari ini, yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita. Mudah-mudahan cita-cita menuju peradaban Indonesia yang maju bukanlah sekedar mimpi belaka!.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bakker, JWM. 1999. ”Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar”. Penerbit Kanisius; Yogyakarta.

Dewantara, Ki Hajar. 1994. ”Kebudayaan”. Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa; Yogyakarta.

Sarjono. Agus R (Editor). 1999. ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita”. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.

Suseno, Franz Magnis. 1992. ”Filsafat Kebudayaan Politik”. Penerbit Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.

KORAN

Adian, Donny Gahral. ”Manusia Multi-Dimensi di Keseharian”. Dalam Kompas Edisi Sabtu 14 April 2007. PT Kompas Media Nusantara; Jakarta.

Editor. ”Pemanasan Global, Jutaan Orang Akan Terancam”. Dalam Kompas Edisi 12 April 2007. PT Kompas Media Nusantara; Jakarta.

sumber : http://grelovejogja.wordpress.com

Sunday, March 13, 2011

BaliSpirit Festival 2011: Sebuah perayaan tahunan Yoga, Tari dan Musik

Sebagai event BaliSpirit merayakan tahun ketiga keberadaan, berita tentang sihir telah mencapai setiap sudut dunia. Tidak hanya festival ini membawa bersama-sama merayakan musisi, yogi dan penari dari setiap benua, tetapi juga menjadi magnet bagi penggemar, mahasiswa dan pengikut setiap menelepon. Keempat Tahunan BaliSpirit Festival akan berlangsung Ubud , Bali mulai tanggal 23 - 27, 2011.

Diadakan selama 5 hari transformasional dan menyenangkan-diisi, perayaan tahunan ini membawa ke Bali kekayaan master kreatif berbakat dan dihormati dari seluruh dunia, menggabungkan dan kaya budaya asli Indonesia ke dalam semangat belajar, kolaborasi dan perayaan kreatif dan spiritual keanekaragaman.

Holding semangat kuno Tri Bali kebijaksanaan Hita Karana: harmoni dengan Tuhan, harmoni dengan masyarakat, dan harmoni dengan alam, Festival BaliSpirit membangkitkan dan memelihara setiap individu potensial untuk perubahan positif dalam, yang mengarah ke perubahan positif di rumah, di masyarakat, dan akhirnya di masyarakat global di seluruh dunia.

Terletak di dasar spektakuler dari Pusat Purnati untuk Seni di Batuan, hanya 10 menit selatan Ubud, lokakarya siang hari dan Dharma Fair menikmati sebuah tempat yang tak tertandingi untuk keindahan tropis dan energi lembut. Knolls rumput dan kebun kelapa sawit memberikan ruang pelarian damai sementara paviliun yang sempurna untuk workshop yoga dan tari. Tahun ini, konser musik global terjadi di Ubud untuk memungkinkan akses yang mudah bagi pengunjung dan penduduk setempat.

Rangkaian unik konser fitur dan rajutan bersama irama tradisional khas dari Afrika, Indonesia dan Australia dengan musik kontemporer dari seluruh dunia.

Festival ini akan menampilkan kelas dunia master Yoga termasuk: Twee Merrigan, Danny Paradise, Mark Whitwell, Olop Arpipi, Uma Inder, Prem Carlisi, Louka Leppard, Anand Singh, Denise Payne, dan banyak lagi. pemain berbakat Musik menyertakan nama banyak dari seluruh dunia, di antaranya adalah: Debu, Ayu Laksmi, Susu Ibu dan Cudamani dari Indonesia; Delhi ke Dublin, Suzanne Teng, Chris Berry dan Sirenz dari Amerika Serikat dan Kanada; Saritah, james Kevin dan Dr . Adrian H. Hearn dari Australia; Los Pinguos dari Argentina, dan Filter kopi dari India.

Untuk dan energi gerak tari lineup meliputi: Jocelyn Gordon, Ellen Watson, Nick Woolsey, Cloe Jackson, Daphne Tse, dan Christina Monneron.

Festival ini juga akan menampilkan beberapa nama terkemuka dalam meditasi dan penyembuhan, di antaranya: Ananda Leone, Carlos Pomeda, Michael Hallock, Vasumi, AwaHoshi, Amalia Wai Ching Lee, Sushan Movsessian, Summers Gema dan Sadhvi Bhagwati Ph.D Saraswati. Untuk fitur khusus, festival ini akan membawa His Holiness Pujya Swami Chidanand Saraswatiji sebagai bintang tamu.

Festival BaliSpirit memang sebuah perayaan - dari kekayaan budaya, kesucian lingkungan dan keharmonisan antara masyarakat semua bangsa. "Sebuah perayaan luar biasa dari fusi budaya global, keajaiban sejati Festival BaliSpirit adalah penyatuan mulus budaya dan genre, tidak ada rasa kami dan mereka, hanya rasa kesatuan" (Insight Bali Magazine). Sebagai sebuah acara penting seperti, Festival BaliSpirit pasti acara yang tidak mampu untuk dilewatkan.

Untuk informasi lebih lanjut, melakukan kunjungan: http://www.balispiritfestival.com/

JAVA JAZZ 2011: "Indonesia luar biasa, Harmony Dalam Satu Bangsa"

Dengan mata tertutup dan jari-jarinya dengan lembut memainkan senar gitar Santana berseru: " Jakarta , Siapa kau? Kamu adalah terang dan cinta ... "8.000 penonton menjawab dengan suara gemuruh yang besar, berteriak:" Cahaya dan cinta .. Cahaya dan cinta ". Memakai topi panama khas dan kumis tanda tangan, Santana terhipnotis kerumunan di Edisi 7 AXIS Jakarta International Java Jazz Festival pada malam pertama pada tanggal 4 Maret th 2011 Black Woman. Magic, Corazon Espinado dan Oye Como Va adalah beberapa nomor klasik dikenal oleh Santana sekolah fans tua, sedangkan Maria-Maria dan Smooth yang disukai oleh generasi muda di antara Latin's gitaris penonton.
Santana adalah salah satu bintang ditunggu ditampilkan dalam perayaan besar-besaran Jazz diselenggarakan di Jakarta International Exhibition Center (JIExpo) pada 04-06 Maret 2011. Acara ini berhasil menarik ribuan Jazz dan penggemar musik dari seluruh negeri maupun dari luar negeri. Sekitar 40 musisi internasional and1, 500 musisi nasional ambil bagian dalam festival tahunan ini. Beberapa nama terkemuka yang menghiasi daftar di hari pertama meliputi: Ron King Big Band, Michael Paulo, Jeff Lorber, Brian Simpson, Acoustic Alchemy dan Dira Sugandi. Dari Indonesia: Tompi, Marscell, Berry Likumahuawa, Dwiki Dharmawan, Panji, Glen Fredly dan reuni The Groove disorot baris musisi Indonesia 'up. Sebagai penutup untuk malam pertama, Corinne Baily Rae memberikan kinerja gemilang bagi ribuan remaja antusias.
Sebelumnya di pagi hari, sebelum festival dimulai, beberapa seniman ambil bagian dalam "Kami Go Green" kegiatan, dalam upaya bersama untuk memperbaiki planet ini. Bob James, George Duke, Ron King, Fourplay, Brian Culbertson, Sandhy Sondoro, Bonita, dan Tantowi Yahya, bersedia untuk menggali tanah dan menanam pohon bersama-sama dengan Gubernur Jakarta Fauzi Bowo.
Antusiasme naik, sebagai orang banyak tumbuh lebih besar ketika festival datang malam kedua pada hari Sabtu tanggal 5 Maret. Diane Warren dan Toni Braxton disorot malam hari dengan halus dan murni suara mereka, sementara Santana kembali di atas panggung untuk kedua kalinya 2 selama festival. Karena tampil dengan Voci, Dianne Warren bernyanyi di lagu pertama dan terakhir dari kinerja mereka. Kemudian, Toni Braxton mencuri sorotan dengan kinerja yang memukau nya. Dengan matanya penangkapan eksotis tarian bergerak dan kostum, Toni melemparkan mantra pada setiap orang dalam kerumunan saat dia menyanyikan beberapa hits-nya termasuk: Anda Semuanya saya, Biarlah Aku Pergi, Kami Bertemu Lagi, Will You Marry Me, dan ditutup dengan dia cinta evergreen lagu Unbreak My Heart.
artis lain dari malam ke 2 meliputi: Alexandra Sherling, Kurt Rosenwinkel, Aksyan Sjuman & Komite Fest, Andre Hehanussa, Andi Rif, Lee Ritenour, George Duke, Jenis Kelamin Divas, Sandhy Sandoro, Monita Tahalea, Maliq dan D Essentials, dan banyak lagi.
George Benson, salah satu 'legenda Jazz dari Amerika Serikat muncul pada malam akhir festival, Minggu Maret 6 th. Pria yang memulai karirnya pada usia 21 sebagai gitaris jazz, benar-benar terpesona penonton ketika jari-jarinya menari-nari di sekitar gitar frets. Benson, yang, pada malam sebelumnya dimainkan Tribute untuk Nat King Cole, tampaknya tahu persis apa yang pemirsa Indonesia inginkan saat ia bermain Tak ada Gonna Change My Love For You, Greatest Love of All dan Give Me The Night.
Pada usia 67, gitaris berpengalaman masih bisa membuat penonton mengangkat topi mereka dan bertepuk tangan dengan takjub belaka. "Penonton Indonesia yang romantis, dan Indonesia adalah suatu tempat yang romantis" kata pemegang penghargaan triple platinum dan pemenang Grammy album "Breezin". "Jakarta mencintai musik saya dan saya sangat menikmati malam ini kinerja saya. Aku suka kalau Anda suka semua lagu-lagu romantis saya menulis "ia menutup pernyataannya sebagai festival besar itu berakhir.
Hari ini Java Jazz telah menjadi salah satu peristiwa musik terbesar di dunia. Menggabungkan lebih dari seribu seniman, acara silau dengan kehadiran begitu banyak bakat dan suara unik begitu banyak dunia. Sebagai festival ini sukses digelar edisi ke-7 dari perayaan tahunan, itu membuktikan lagi bahwa Indonesia adalah dan akan selalu menjadi tempat yang sempurna untuk pertunjukan kelas dunia.




Sumber: Kompas entertainmet, Kapanlagi.com

Sejarah Budaya Indonesia

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Kebudayaan nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199
kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan.

Wujud kebudayaan daerah di Indonesia

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat

Aceh: Rumoh Aceh
Sumatera Barat : Rumah Gadang
Sumatera Selatan : Rumah Limas
Jawa : Joglo
Papua : Honai
Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
Sulawesi Tenggara: Istana buton
Sulawesi Utara: Rumah Panggung
Kalimantan Barat: Rumah Betang
Nusa Tenggara Timur: Lopo
Maluku : Balieu (dari bahasa Portugis)


Tarian

Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog
Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet
Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji
Aceh: Saman, Seudati
Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
Betawi: Yapong
Sunda: Jaipong, Tari Topeng


Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat
Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci
Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor
Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
Sulawesi Tengah: Dero
Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung
Riau : Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas
Lampung : Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu
Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang )
Nias : Famaena


Lagu

Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, Terang Bulan
Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
Melayu : Tanjung Katung
Aceh : Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit
Kalimantan Selatan : Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu Ampat
Nusa Tenggara Timur : Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa
Sulawesi Selatan : Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong
Sumatera Utara : Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli
Papua/Irian Barat : Apuse, Yamko Rambe Yamko
Sumatera Barat : Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu
Jambi: Batanghari, Soleram
Jawa Barat : Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang
Kalimantan Barat : Cik-Cik Periuk
Sumatera Selatan : Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari Tanggai
Banten : Dayung Sampan
Sulawesi Utara : Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo
Jawa Tengah : Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan
Nusa Tenggara Barat : Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame, Tebe Onana, Tutu Koda
Kalimantan Timur : Indung-Indung
Jambi : Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang
Kalimantan Tengah : Kalayar
Jawa Timur : Keraban Sape, Tanduk Majeng
Bengkulu : Lalan Belek
Bali : Mejangeran, Ratu Anom
Sulawesi Tenggara : Peia Tawa-Tawa
Yogyakarta : Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah
Sulawesi Tengah : Tondok Kadadingku, Tope Gugu
Sulawesi Barat : Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk

Musik

Jakarta: Keroncong Tugu.
Maluku :
Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
Minangkabau :
Aceh :
Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik
Pesisir Sibolga/Tapteng : Sikambang

Alat musik

Jawa: Gamelan, Kendang Jawa.
Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
Gendang Bali
Gendang Simalungun
Gendang Melayu
Gandang Tabuik
Sasando
Talempong
Tifa
Saluang
Rebana
Bende
Kenong
Keroncong
Serunai
Jidor
Suling Lembang
Suling Sunda
Dermenan
Saron
Kecapi
Bonang
Angklung
Calung
Kulintang
Gong Kemada
Gong Lambus
Rebab
Tanggetong
Gondang Batak
Kecapi
Kesok-Kesok

Gambar

Jawa: Wayang.
Tortor: Batak
[sunting]Patung
Jawa: Patung Buto, patung Budha.
Bali: Garuda.
Irian Jaya: Asmat.

Pakaian

Jawa: Batik.
Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.
Sumatra Barat/ Melayu:
Sumatra SelatanSongket
Lampung : Tapis
Sasiringan
Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu

Suara

Jawa: Sinden.
Sumatra: Tukang cerita.
Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)
Sastra/tulisan
Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
Bali: karya tulis di atas Lontar.
Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
Timor Ai Babelen, Ai Kanoik

Makanan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar masakan Indonesia

Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis.
Sumatera bagian Barat: Sate Padang
Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang
Jogjakarta: Gado-Gado

Kebudayaan Modern Khas Indonesia
Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.
Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.
Sastra: Pujangga Baru.

Saturday, March 12, 2011

Makanan Khas Indonesia

1. Hayam Bakakak
Seekor ayam yang dibakar di atas suluh, setelah dibersihkan dan diberi bumbu khusus. Biasanya juru masak memakai sebilah bambu buat menjepit badan ayam supaya mudah dibolak-balik selama proses pembakaran. Biasanya dihidangkan pada acara pernikahan.


2. Sambal Goreng Ati Kentang
Sering dianggap sebagai makanan mewah yang hanya dihidangkan pada waktu-waktu tertentu. Seperti saat lebaran, resepsi pernikahan, khitanan, dan sebagainya.


4. Kerak Telor

Penganan yang satu ini identik dengan Pekan Raya Jakarta (PRJ). Sebab, kerak telor selalu dijumpai setiap kali PRJ digelar. Saat ini, kerak telor menjadi makanan langka. Meski merupakan penganan khas Betawi, penjualnya justru kebanyakan berasal dari Sunda, Jawa Barat.

Kerak telor memiliki rasa yang gurih. Rasa gurih itu datang dari bahan-bahan yang digunakan di dalamnya, yaitu beras ketan putih, telur ayam atau bebek, udang yang digoreng kering, bawang merah goreng, kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam, dan gula pasir. Rasa gurih pada kerak telor bersumber dari campuran udang, bawang merah, kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, dan gula pasir.


5. Kupang Lontong
Kupang lontong adalah nama makanan khas daerah Jawa Timur. Makanan ini terkenal khususnya di daerah Surabaya dan Sidoarjo. Bahan utama yang digunakan adalah "Kupang" yaitu hewan laut semacam kerang, bentuknya kecil. Biasanya dipadukan dengan es kelapa muda.


6.Rujak Cingur
Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama Surabaya. Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah-buahan seperti ketimun, krai (sejenis ketimun khas Jawa Timur),bengkoang, mangga muda, nanas, kedondong dan ditambah lontong, tahu, tempe, bendoyo dan cingur serta sayuran-sayuran seperti kecambah/tauge, kangkung dan kacang panjang. Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng dan garam.


6. Gudeg adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.


7. Dendeng dan Abon sapi, makanan yang termasuk jenis lauk ini bisa didapatkan di beberapa warung snack di Wijilan, jalan Mataram, Kidul pasar Kotagede dan sebagainya. Dendeng sebagai salah satu makanan khas Yogyakarta terkenal nikmat dan gurih, tetapi harganya cukup mahal karena bahan dan proses produksinya yang cukup rumit.


8. Jadah Tempe banyak terdapat di obyek wisata Kaliurang. Terbuat dari ketan yang dikukus dengan diberi santan kelapa, sebagai rangkaiannya adalah tempe bacem. Rasa jadah sangat gurih dan liat (tidak keras). Disantap dengan tempe bacem dan lombok ijo, merupakan paduan yang sangat pas di lidah.


9. Nasi pecel, salah satu makanan khas dari Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kumpulan sayur yang telah direbus, biasanya terdiri dari tauge, kangkung, bayam, kacang panjang dan lain-lain disiram oleh bumbu pecel khas yang terbuat dari kacang. Adonan Bumbu kacang yang pas menjadi andalan dari makanan khas Jawa yang satu ini.

Bumbu kacang nasi pecel menyajikan cita rasa manis dan pedas yang terpadu secara sempurna sehingga membuat candu buat banyak orang. Sebagai pelengkap, kita bisa memilih berbagai gorengan, mulai dari tempe, tahu, kerupuk gendar, kerupuk aci, telor ceplok, bakwan dan lain sebagainya sebagai teman makan.


10. Sego abang dan sayur lombok tergolong sebagai makanan khas Jawa Yogyakarta yang memiliki gizi yang tinggi. Nilai gizi tersebut diperoleh dari kualitas beras, cara memasak dan penyajiannya. Beras merah tercatat memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibanding dengan beras putih yang dominan karbohidratnya.

Beras merah dihasilkan dari ladang sawah padi gogo yang tidak menggunakan produk pupuk kimia maupun pestisida. Oleh karena itu, bagi penggemar masakan organik, Sego Abang bisa menjadi pilihan utama. Keistimewaan yang lain adalah bagi penikmat Sego Abang yang sedang menjalani program diet. Mengkonsumsi Sego Abang tidak menggemukkan badan, karena tingginya kadar protein yang terkandung. Sehingga perut tetap kenyang tanpa perlu risau menjadi gemuk.

Friday, March 11, 2011

Pesona Keindahan Indonesia

1. Gunung Rinjani, NTB


Rinjani memiliki panaroma yang bisa dibilang paling bagus di antara gunung-gunung di Indonesia. Setiap tahunnya (Juni-Agustus) banyak dikunjungi pencinta alam mulai dari penduduk lokal, sampai mahasiswa pecinta alam. Suhu udara rata-rata sekitar 20°C; terendah 12°C. Angin kencang di puncak biasa terjadi di bulan Agustus.

2. Pulau Komodo, NTT


Taman Nasional Komodo (TN. Komodo) merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa pulau dengan perairan lautnya. Pulau-pulau tersebut merupakan habitat satwa komodo (Varanus komodoensis) yaitu reptil purba yang tersisa di bumi. Kondisi alamnya unik, terdapat padang savana yang luas dengan pohon lontarnya (Borassus flabellifer).

3. Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat


Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya.

4. Kawah Ijen, Jawa Timur


Kawah Ijen merupakan salah satu gunung berapi atraksi wisata di Indonesia. Kawah Ijen merupakan objek wisata terkenal, yang telah dikenal oleh para wisatawan domestik dan asing karena keindahan alam dan bahari.

5. Carstensz Pyramid, Papua


Indonesia patut berbangga dengan keunikan dan kekayaan alam serta tradisi masayarakatnya. Kali ini, Carstenz Pyramid atau yang bisa disebut dengan puncak jaya, juga berada di Papua. Puncak Carstensz ini merupakan puncak tertinggi di Australia dan Oceania.

6. Gunung Anak Krakatau, Selat Sunda


Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana yang karena letusan pada tanggal 26-27 Agustus 1883, kemudian sirna. Letusannya sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.

7. Gunung Bromo, Jawa Timur


Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

8. Gunung Kelimutu, NTT


Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa pemo Kecamatan kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya.

Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.

9. Taman Laut Bunaken, Sulawesi Utara



Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut.

10. Danau Toba, Sumatera Utara


Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer (danau vulkanik terbesar di dunia). Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

11. Baluran, Jawa Timur


Baluran adalah Afrikanya Indonesia, Taman Nasional ini merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40 persen tipe vegetasi savana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran.

12. Pantai dreamland, Bali


Dreamland atau lebih dikenal sebagai Pantai Dreamland merupakan salah satu pantai terindah di Bali selain Pantai Kuta. Pantai yang terletak tidak jauh dari daerah Uluwatu di Pulau Dewata ini sudah sangat terkenal karena keindahannya. Keindahan dan kebersihan pantai menambah daya tarik pengunjung, bukan hanya dari dalam negeri tapi juga turis manca negara.

13. Danau Gunung Tujuh, Jambi


Kerinci boleh bangga dengan keberadaan Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Serta terdapat beberapa danau kecil lainnya dengan keindahan alamnya yang unik. Danau Belibis dengan alam yang masih asli memberikan sentuhan yang berbeda.

14. Green Canyon, Jawa Barat


Green Canyon menyimpan pesona luar biasa. Perpaduan antara sungai, lembah hijau, hutan lindung, dan aneka stalaktit-stalakmit. Keindahan berbalut kesunyian, bagai surga yang tersembunyi. Green Canyon mulai dikembangkan pada tahun 1989.

15. Danau Sentani, Papua


Danau Sentani di bawah lereng Pegunungan Cycloops yang terbentang antara Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, Papua. Landskap Danau Sentani dengan gugusan pulau di tengahnya merupakan salah satu yang terindah di Indonesia.

16. Goa Gong, Jawa Timur


Goa Gong diklaim sebagai goa terindah di Asia Tenggara. Di dalam gua ini Anda dapat menyaksikan berbagai macam tonjolan batuan (stalaktit/stalakmit) yang sangat menarik dan proses terjadinya secara alami.

17. Pegunungan Karst Bantimurung, Sulawesi Selatan


Taman Nasional Bantimurung mempunyai pemandangan alam yang paling indah. Karena di taman nasional ini, terdapat sumber air yang tidak pernah kering. Sehingga berbagai jenis tanaman dapat bertahan di saat musim kemarau yang panjang.

18. Pulau Belitung, Bangka Belitung

Pulau indah, pemandangan unik pantai pasir putih asli dihiasi batu-batu granit yang artistik dan air laut sejernih kristal, dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil.

19. Pulau Derawan, Kalimantan Timur


Di perairan sekitarnya terdapat taman laut dan terkenal sebagai wisata selam (diving) dengan kedalaman sekitar lima meter. Pada batu karang di kedalaman sepuluh meter, terdapat karang yang dikenal sebagai “Blue Trigger Wall”

20.Gunung Salak

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More